Kuching - Malaysia, Pandangan Pertama



Hai, Assalamu’alaikum.


Ada yang uda pernah tau Kuching? Atau bahkan uda pernah ke sana?
Jujur saya baru pertama kali dengar nama itu akhir bulan November kemarin, ketika tante saya menyarankan pengobatan di sana untuk mama saya. Karena saya anaknya kepo, langsung lah saya googling “kuching”. Ternyata oh ternyata, Kuching merupakan bagian dari Negara Malaysia yang terletak di Pulau Kalimantan, Indonesia (Borneo). Norak asli baru tau. Kurang lebih 1 minggu saya berada di Kuching, ada beberapa hal yang saya amati dan dapati sebagai pelancong selama di sana.


SUASANA KOTA
Saya pribadi menggolongkan Kuching ini sebagai “kota tua”. Karena sebagian besar bangunan-bangunannya, khususnya ruko dan rumah-rumah warga masih berbentuk bangunan tua perpaduan gaya tiongkok dan rumah klasik, diperkuat dengan warna cat yang memudar dan besi-besi yang mulai berkarat. Udah bisa bayangin belum? Hehe.

Oiya, di Kuching, pertokoan dan fasilitas publik sebagian besar ada tulisan China nya, baik latin atau huruf Hanzi. Nama jalan juga ada yang menggunakan nama-nama China tapi ada juga yang nama biasa, seperti Jalan Rock tempat saya tinggal.

Kuching punya suasana kota yang nyaman, cukup rapi, dan bersih. Bangunan-bangunan rumahnya rata-rata modelnya sama, semacam perumahan tapi di tepi jalan. Satu hal yang saya suka adalah jalanannya. Jalannya model simpang, lebih banyak belok nya daripada lurusnya haha dan di kanan kiri jalan masih banyak pepohonan dan bunga-bungaan, jadi ga ngebosenin kalo buat saya ^^


KULINER
Ini adalah poin terpenting yang perlu saya ulas, karena kita butuh makan kan di manapun berada haha. Negara Malaysia seperti yang kita tahu, pemerintahannya mengedepankan makanan halal dengan memberikan logo halal MUI (kalo di kita) hampir di semua makanan, baik dari makanan kecil sampai restoran. Hanya saja, di Kuching tidak seperti Kuala Lumpur (KL). Di Kuching masih banyak ditemui resto-resto biasa yang belum bersertifikat halal Malaysia, jadi bagi yang muslim musti pilih-pilih ya, karena mereka juga menyajikan makanan non halal. Tapi, kalo cuma makanan ringan atau jajanan yang tersedia di 7Eleven atau supermarket sih aman lah, kayak kita belanja di Indomaret.

Di tempat penginapan saya ada resto terdekat namanya SCR Xpress, dia bersertifikat halal MUI, dan hampir tiap hari saya makan di situ, 3x sehari. Saya tipe orang yang ga suka kulineran sebenernya, jadi sekali lidah cocok bakal makan itu itu aja sampe bosen, itulah alasan kenapa saya ke resto situ terus haha. Kemudian sejauh jalanan yang saya lalui di Kuching, saya belum menemukan satupun gerobak atau pedagang kaki lima yang menjajakan jajanan, mungkin dia dipusatkan di pusat oleh-oleh (asumsi pribadi).

Satu lagi yang orang Indonesia perlu tau, di Kuching ternyata saosnya ga pedes, meskipun dia gambar cabe, rupanya manis :( sambel ada sih, di resto ada sambel mirip sambel bakso tapi ternyata rasanya asem haha jackpot! Menurut saya, yang beneran sambel ada di Nasi Lemak, mirip-mirip sambel terasi mateng rasanya tapi tetep aja cenderung manis hehe

Terakhir, mohon maaf sebelumnya jika pembaca berekspektasi di poin ini saya akan bahas berbagai jenis kuliner, ternyata enggak *ga tanggung jawab haha maafkan yaa.


TRANSPORTASI
Pada mulanya, sebelum saya cari tahu tentang transportasi, saya lebih dulu kepo soal tempat wisata apa aja yang tersedia di Kuching. Lumayan juga sih, meski beberapa di Indonesia juga ada. Ada satu lokasi yang saya pengen datengin, yaitu Water Front. Barulah saya cari tahu bisa naik apa ke sana. Tak ku sangka, ternyata jawabannya adalah naik Grab Car. Warga Kuching ternyata kemana-mana naik mobil haha bayangan saya ya mirip-mirip KL, ada komuter atau sejenisnya, ternyata tidak wkwk
Macet dong? Iya, tapi ga berisik bunyi klakson. Kebanyakan orang pada ngebut memang, tapi saya berasumsi tingkat kecelakaannya minim. Kenapa? Karena mobilnya mulus-mulus, dikit yang lecet haha saya juga sempet nanya ke salah satu sopir Grab, jarang ada kecelakaan ya? Iya katanya. Selama saya mengamati jalanan juga ga banyak yang saling ngebalap, padahal jalur searah.

Trus ada motor nggak? Ada. Tapi dikit banget! Mungkin ya, satu kota cuma 100 motor. Saya konfirmasi ke sopir Grab lagi (sok kepo aja), memang iya, masyarakat sana cenderung takut naik motorsikal. Dan tentu saja, tidak ada Grab Bike hehe.


TOILET
Nah ini nih, THE MOST WANTED. Sebenernya sama aja kayak di Indonesia, masih ada selang air buat bersuci. Tapi nih, gatau kenapa toilet di tempat umum, bandara, bahkan di Mall kelas atas toiletnya kurang bersih. Padahal juga ada orang yang ngebersihin, tapi entahlah mungkin penggunanya beragam, beragam pula cara bersucinya.


MASYARAKAT DAN BAHASA
Masyarakat di Kuching mayoritas keturunan Tionghoa dan sebagian orang Melayu. Untuk ras lain, selama saya di sana saya belum mendapati. Bahasa yang mereka gunakan yaitu Mandarin, Inggris, dan Melayu. Mereka yang keturunan Tionghoa saling menggunakan bahasa Mandarin. Kalo mereka ngobrol dengan orang melayu, mereka mencampur bahasa Melayu dengan Inggris.

Dari pengalaman saya, berkomunikasi dengan orang Melayu tidak sulit, tata bahasanya masih serupa dengan bahasa Indonesia. Hanya saja, mereka punya kosakata yang berbeda dari kita. Maka, saya berterimakasih kepada Upin Ipin haha karena sedikit banyak saya jadi tahu kosakata-kosakata bahasa Melayu Malaysia, jadi komunkasi kemaren cukup lancar.

Kalo mau pakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi silahkan, tapi ingat ya, mereka punya logat! Kalo belum terbiasa dengan logat mereka, pusing juga. Saya pernah salah tangkep, dia bilang BLIND saya nangkepnya ENGINE. Jauh banget kan? jadi kalo saya sih mending aman pake bahasa Indonesia, mereka tetep paham kok, misal mereka ga paham, bisa kita ganti pake English words.


THE BEST THINGS
Dari seminggu saya di sana, saya mengamati bahwa mereka punya sikap sabar dan menghargai orang lain. Terlihat dari tidak satupun orang membunyikan klakson mobilnya, padahal macetnya panjang. Kalopun depannya ada truck jalannya lambat, mereka tetep setia di belakangnya dengan sabar. Pernah saya mau naik Grab di lobby Mall, di aplikasi uda ada pemberitahuan bahwa driver di depan anda. Waktu saya liat, belom ada, rupanya masih jauh antri di belakang. Adapun yang sedang tepat di depan lobby adalah Grab yang lagi nurunin 2 orang lansia sama 1 anaknya (kayaknya). Si kakek nenek masih di dalem mobil ga turun2, saya ngebatin nunggu apa? Rupanya nunggu dibawakan 2 kursi roda dari dalam Mall, baru turun pelan-pelan sekali, dan Grab nya berlalu. Kejadian itu mungkin 7 menitan lah, yang mana beberapa mobil di belakangnya menunggu, kemudian maju pelan-pelan. Bagusnya, ga satupun mobil bunyiin klakson atau mendahului. Seketika saya bayangin di negara saya, hhm kalian pembaca bisa jawab sendiri lah ya hehe

Memang saya selalu shock culture kalo pas lagi ke negara orang. Pasti bandingin dengan negeri sendiri. Terlebih nyesek kalo yang dibandingin hal-hal yang di negara saya lebih buruk dari yang saya datangi, khususnya etika dan perilaku. Padahal, yang dilakukan mereka sebenernya hal kecil, hal sepele. Saya pribadi berpesan kepada pembaca yang budiman, pergilah, tengoklah luar negeri, tapi jangan hanya pergi ke tempat wisata sebagai turis kemudian pulang hanya membawa foto atau oleh-oleh. Tapi amati, pelajari, ikuti yang baik-baik yang ada di sana, siapa tau bisa kita ajarkan di lingkungan kita, di negara kita :)


Sekian dulu ya, sampai jumpa di tulisan berikutnya!
Semoga bermanfaat ^^

Komentar