Sudah Benarkah Bacaan Al-Qur'an Kita?


Halo assalamu’alaikum.

Setelah membaca judulnya, apakah anda merasa tertohok? kalo iya alhamdulillah hehe berarti kita menyadari kalau kita masih ragu bacaan Al-Qur’an kita selama ini sudah benar atau belum. Di tulisan kali ini saya ingin mengajak para pembaca untuk sama-sama muhasabah (introspeksi) bacaan kita masing-masing.

Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam memiliki 2 keistimewaan yang luar biasa. Pertama, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa khusus, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa asli yang tidak bisa diubah, serta mengharuskan para pembacanya untuk hanya menggunakan bahasa tersebut ketika membaca atau melafalkannya. Kedua, Al-Qur’an memiliki kaidah atau tata cara tertentu dalam membacanya seperti mendengung, memanjangkan, berhenti, dan lain sebagainya, sehingga secara otomatis bacaan Al-Qur’an memiliki irama tertentu. Bagi masyarakat muslim Indonesia, dua keistimewaan tersebut menjadi hal yang dianggap penting untuk dipelajari dan dibiasakan, mengingat bahasa kita, bahasa Indonesia memiliki bunyi yang tidak sama dengan bahasa Arab. Hal tersebut terlihat dari banyak diadakannya kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) bagi anak-anak serta program tahsin (perbaikan bacaan) bagi remaja dan dewasa, yang kesemuanya ditujukan agar mampu melafalkan Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Lalu, kapan bacaan kita dikatakan benar atau salah? Indikator pertama suatu bacaan Al-Qur’an itu benar atau salah adalah ada atau tidaknya pemenuhan hak bagi masing-masing huruf yang dibaca pada suatu lafal. Pemenuhan hak? Maksudnya bagaimana? Maksudnya, setiap huruf dalam bahasa Arab itu memiliki makhaarijul huruuf (tempat keluarnya huruf) yang menjadi ciri khas dari masing-masing huruf. Sehingga, setiap huruf wajib kita lafalkan dengan tepat, sesuai dengan tempat keluarnya. Kasus yang banyak ditemui di lapangan adalah masyarakat Indonesia terkadang malas ketika harus memenuhi hak-hak huruf tersebut dan lebih memilih melafalkan dengan yang lebih mudah. Sebagai contoh, bunyi ق [q] cenderung dilafalkan dengan ك [k] biasa, karena dibutuhkan konsentrasi dan lebih banyak tenaga untuk melafalkan bunyi ق [q] dibandingkan dengan ك [k]. Jika demikian, maka kita akan mengabaikan hak bunyi ق [q], dan yang terjadi adalah potensi merubah makna ayat, seperti yang telah saya singgung di tulisan sebelumnya. Ini termasuk kesalahan dalam membaca Al-Qur’an yang disebut dengan lahn jali, yaitu kesalahan dalam membaca/melafalkan yang berdampak pada berubahnya makna ayat karena mengubah huruf. Fatalkah? Tentu saja! Tapi berdosa atau tidaknya, wallahu a’lam karena hanya Dia yang berhak menghakimi. Akan tetapi, dengan mengetahui bahwa itu adalah suatu kesalahan, maka seyogyanya kita menghindarinya.

Adapun indikator kedua adalah sesuai atau tidaknya bacaan kita dengan kaidah ilmu tajwid. Ilmu tajwid berpengaruh makna ayat secara keseluruhan. Secara keseluruhan, kandungan Al-Qur’an di antaranya adalah hukum dan kisah. Bisakah anda bayangkan ketika suatu cerita dipotong tak beraturan ketika diceritakan? Apakah cerita tersebut bisa dipahami betul? Apakah cerita yang terpotong tersebut tidak akan menimbulkan multitafsir? Itu baru cerita biasa, lalu bagaimana dengan isi Al-Qur’an? Begitulah kira-kira jika kita tidak menaati kaidah ilmu tajwid. Sebagai contoh, kaidah waqaf (tanda berhenti) yang tidak diterapkan sebagaimana mestinya akan mempengaruhi konteks. Suatu kisah yang belum selesai diceritakan, tiba-tiba dipotong oleh si pembaca karena kurang memahami waqaf dalam ilmu tajwid. Itu juga merupakan kesalahan dalam membaca Al-Qur’an yang disebut dengan lahn khafi. Berbeda dengan lahn jali yang merupakan kesalahan yang besar dan fatal, lahn khafi termasuk kesalahan kecil yang hanya berdampak pada ketidaksempurnaan bacaan Al-Qur’an.

Nah, dari dua indikator tersebut, sudahkah kita menerapkannya untuk menghindari kesalahan dalam membaca Al-Qur’an? Jika sudah mari kita biasakan, jika belum maka hendaklah mulai memperbaiki bacaan kita sedikit demi sedikit agar tercapai bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar.

Demikian adanya tulisan singkat saya, semoga bisa menjadi pengingat buat kita semua.
Terima kasih telah menyempatkan membaca, sampai jumpa di tulisan berikutnya ya! ^^

Wassalamu’alaikum.


Komentar