A Thing Shocks Me in France #4 - Ternyata Mereka Ramah


Assalamu’alaikum.

Tiga hari yang lalu, salah satu pengajar bahasa Prancis saya bertanya kepada saya, “Sebelum kamu ke sini, menurut kamu Prancis itu gimana? Lalu setibanya di sini, apakah anggapan kamu sebelumnya sesuai atau tidak sesuai?”. Saya jawab, “Sebelumnya, dalam benak saya, Prancis adalah sebuah negara dengan orang-orang yang tidak ramah. Tapi setelah tinggal di sini, nampaknya anggapan saya tersebut terbantahkan. Tidak hanya ramah, tapi juga menghargai dan menghormati orang lain." Mari kita lihat bagaimana sikap mereka terhadap orang lain.

Menyapa
Jika bertemu dengan seseorang untuk suatu hal, kenal atau tidak kenal, warga Prancis selalu menyapa dengan sapaan standar yang disesuaikan waktunya; Bonjour (selamat pagi), Bon Après-Midi (selamat siang), atau Bonsoir (selamat malam). Sapaan ini dilakukan di semua tempat dalam suasana formal maupun informal. Dalam suasana formal, misalnya dosen menyapa murid-muridnya di kelas sebelum memulai pelajaran atau pegawai administrasi menyapa kliennya. Dalam suasana informal, seperti di jalan atau di pasar. Begitu juga ketika akan naik bus, penumpang dan supir bus akan saling menyapa. Selain itu, saya pernah mendapati penjual daging, saat itu tokonya sedang ramai, dia sibuk melayani pembelinya, tapi dia tetap menyapa pembeli yang baru saja datang memasuki tokonya, padahal dia lihat hanya sekilas. Dalam hati saya, hanya dengan menyapa, orang Prancis betul-betul menganggap keberadaan/kehadiran orang lain, kalo dalam bahasa Jawa nguwongke. Jadi orang yang disapa merasa dianggap ada dan dihargai.

Mendo’akan
Selain Bon dalam 3 sapaan di atas, masih ada beberapa ungkapan lain seperti Bonne Année (selamat tahun baru), Bonnes Vacances (selamat liburan), Bon Weekend (selamat berakhir pekan), Bonne Journée (have a good day) *gatau bahasa indonesianya hehe, dan lainnya yang disesuaikan dengan agenda yang sedang/akan dilakukan. Ungkapan-ungkapan tersebut biasanya diucapkan setelah pertemuan, ketika di antara mereka berpamitan. Misalnya di kasir, setelah bayar dan transaksi selesai, maka penjaga kasir akan bilang salah satu dari ungkapan-ungkapan tersebut kepada pembeli. Jika dilihat secara maknanya, kata Bon itu merupakan harapan (bonjour). Sebagai contoh, ungkapan Bonne Journée maksudnya adalah mendo’akan agar mendapatkan hari yang baik, yang menyenangkan, dan penuh kebahagiaan. Kata Bon tersebut dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi "selamat", padahal maknanya lebih dari sekedar itu. Selain Bon, ada juga ungkapan yang sangat sering ditemukan, yaitu Au revoir (sampai jumpa lagi), tentu dengan harapan dapat berjumpa kembali.

Berterima kasih
Warga Prancis juga tidak lupa berterima kasih atas kebaikan yang dia dapat dari orang lain dengan mengucapkan Merci (terima kasih). Umumnya sih dari orang yang dibantu kepada orang yang membantu. Tapi ada juga yang berterima kasih untuk bantuan yang mutualisme, misalnya dalam transaksi jual beli, pembeli dan penjual saling mengucapkan merci di akhir transaksi.

Meminta Maaf
Orang Prancis tidak segan meminta maaf ketika dia merasa mengganggu orang lain. Mengganggu di sini diartikan membuat orang lain tidak nyaman, bukan mengganggu yang “suit suit” atau “halo mbak” ya haha. Ada tiga ungkapan meminta maaf yang sering saya dengar dari orang-orang Prancis, yaitu Pardon, Je suis désolé, dan Excusez-moi. Dari pengamatan saya, tiga ungkapan tersebut digunakan dalam permasalahan yang berbeda. Pardon digunakan ketika seseorang tidak sengaja menganggu orang lain. Misalnya ketika di dalam Metro/kereta bawah tanah, karena padat penumpang, tidak sengaja menginjak kaki orang sebelahnya atau menyenggol tasnya.

Berbeda dengan Pardon, ungkapan Je suis désolé diucapkan ketika seseorang cenderung lebih menyusahkan orang lain. Misalnya, telat datang janjian, telat datang ke kelas, atau salah ngasih barang. Selain itu, Je suis désolé terdengar seperti penyesalan ketika orang tersebut tidak bisa “memuaskan” orang yang meminta bantuannya. Ambil lah contoh kita mau beli parfum, ketika ingin membeli parfum X dan pramuniaganya tidak punya stoknya, maka dia akan meminta maaf. Di kantor administrasi publik juga demikian, katakanlah ada berkas kita yang tidak bisa diproses, maka dia akan meminta maaf untuk hal itu. Adapun ungkapan Excusez-moi sebenarnya tidak spesifik untuk meminta maaf seperti dua ungkapan sebelumnya, tapi juga digunakan untuk permisi dan meminta perhatian. Sebagai contoh, ketika menegur seseorang di jalan untuk ditanyai sesuatu, maka mereka gunakan ungkapan ini, atau ketika seseorang terhalang jalannya oleh orang lain, maka dia juga gunakan ungkapan tersebut.

Dari beberapa hal yang saya sampaikan di atas, bagi saya sudah cukup bukti untuk mematahkan argumen saya bahwa orang Prancis ternyata ramah. Entah dari sisi psikologis nya bagaimana, tapi di sini dengan setiap hari mengikuti sikap mereka, saya merasa lebih senang, setiap hari menyapa dan disapa orang lain, mendo’akan dan dido’akan orang lain, terlebih lagi saya jadi lebih hati-hati untuk tidak merugikan atau mengganggu orang lain. Sikap semacam itu mengingatkan saya ketika tinggal di Mesir. Sama, beda bahasa aja. Menyapa, menghormati, menghargai, dan mendo’akan orang lain sudah menjadi budaya, dan menurut saya tidak ada yang dirugikan, justru saling membuat senang bukan?

Tapi sedihnya, ketika saya bandingkan dengan orang-orang yang ada di negara kita saat ini, justru ternyata kita yang kurang ramah dengan sesama karena jarang melakukannya atau justru dianggap tabu atau berlebihan; menyapa hanya kalau kenal atau ketika di kantor saja, meminta maaf hanya menjadi sebuah formalitas, bukan penyesalan atau merasa bersalah, berterima kasih juga kadang hanya terucap ketika sudah dibantu, permisi juga kadang diucapkan kadang tidak. Akan jadi PR besar sih khususnya buat saya pribadi, menghidupkan kembali sikap ramah, menghormati, dan menghargai orang lain di lingkungan kita sendiri.

Terima kasih telah menyempatkan membaca, sampai jumpa di seri  A Thing Shocks Me in France berikutnya ya^^

Wassalamu’alaikum.

Komentar