Semnoz: Jalan-jalan di Bukit Salju Dapat Bonus Sunset


Assalamu’alaikum.

Saat ini di Prancis sedang musim dingin. Musim di mana banyak orang Prancis pergi berolahraga salju; ski, hiking, ice climbing, snowshoeing dan yang lainnya. Saya juga kepengen menikmati euphoria musim dingin ini, minimal liat dan main salju hehe. Alhamdulillah beberapa minggu lalu diberi kesempatan untuk melihat si putih dingin itu sambil jalan-jalan di bukit salju. Jujur, seumur-umur belum pernah mendaki bukit, ini bukit salju pula! Gimana rasanya? Enjoy reading^^

Memilih Lokasi
Diawali dengan keinginan saya melihat salju, udah dari sejak SD pengen banget liat salju. Dulu, saya diiming-imingi rasanya main ski di salju oleh ayah saya. Berharap bisa kesampaian waktu tinggal di Prancis. Ternyata suami saya malah menawarkan untuk snowshoeing saja dibanding main ski. Snowshoeing adalah salah satu olah raga berjalan di atas salju dengan sepatu khusus (MatchaJP). Snowshoeing dalam bahasa Prancis disebut Raquette (baca: raket). Setelah mempertimbangkan ini itu, saya pun mengiyakan untuk menemaninya mendaki gunung salju. Kemudian saya dan suami mulai mencari lokasi yang menarik, transportasi, jasa pemandu, persewaan alat, dan tempat menginap. Pada awalnya kami memilih lokasi Ax 3 Domaines yang lumayan dekat dengan kota kami tinggal, Toulouse. Tapi apalah daya, kondisi transportasi Prancis selama 2 bulan terakhir (Desember-Januari) untuk antarkota sedang rumit, seketika pihak kereta memangkas rute dan jadwal keberangkatan. Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba lokasi lain yang lebih jauh tapi jadwalnya dirasa tidak berpotensi dibatalkan, yaitu Semnoz, sebuah gunung di kawasan Haute-Savoie, yang dekat dengan kota Annecy, biar sekali jalan mengunjungi Annecy. Ulasan kota Annecy bisa dibaca di Kota Kecil yang Komplit & Memukau.

Mencari jasa pemandu
Setelah menentukan lokasi, kami pun mulai googling jasa pemandu di Semnoz. Muncul beberapa jasa pemandu yang menawarkan berbagai aktivitas salju dengan harga yang juga bervariasi, tergantung fasilitasnya. Kami cek di masing-masing website untuk mencari tahu mana yang sesuai dengan kebutuhan kami berdua. Dari sekian banyak jasa pemandu, kami menentukan pilihan menggunakan Bureau des Guides dengan dua alasan; harganya cukup terjangkau dan disediakan covoiturage (baca: kovoaturaj) atau tebengan mobil PP Annecy-Semnoz.

Selanjutnya, saya menghubungi jasa tersebut untuk bertanya lebih lanjut melalui situsnya, tentang jadwal yang tersedia dan prosedur covoiturage. Tidak dibalas, justru pihaknya langsung menelpon saya dan menjelaskan secara langsung tentang ragam kegiatan yang mereka miliki. Pihaknya juga menanyakan kepada saya seputar jadwal yang diinginkan, tipe mendaki yang diinginkan, berapa orang yang akan berangkat, dan di Annecy tinggal di mana. Karena kami pemula, pihaknya menyediakan dua tipe raquette untuk minggu itu, yaitu (1) Aperitif Sunset, jalan-jalan sore yang diakhiri dengan melihat matahari tenggelam dari atas bukit di hari Jumat, seharga 39 euro, dan (2) Initiation, jalan-jalan biasa seharga 34 euro di Sabtu pagi hari. Kedua tipe tersebut kondisi bukitnya tidak terlalu curam, dan cenderung landai. Lebih lengkapnya bisa cek di Tipe Raquette ya.

Reservasi
Dari dua tipe tersebut, saya dan suami memilih tipe Initiation di hari Sabtu, jalan-jalan biasa yang waktunya dari pagi-siang, mengingat baru pertama kali akan naik turun bukit, jadi agak serem kalo malem-malem masih di gunung. Setelah memilih, saya dipersilahkan untuk melakukan reservasi dengan cara mengisi formulir yang tertera di situs web. Di formulir tersebut ada kolom “membutuhkan covoiturage atau tidak”. Saya pilih “membutuhkan”, lalu saya harus membayar 5 euro/orang untuk covoiturage, diserahkan langsung ke supirnya nanti. Setelah mengisi formulir, saya melakukan pembayaran secara online juga. Selanjutnya, saya mendapat email konfirmasi dan diberikan file seputar raquette, di antaranya fasilitas yang disediakan dan yang tidak, serta perlengkapan apa yang harus dibawa.

Cuaca Buruk
Udah sejak reservasi, kami berdua selalu cek prediksi cuaca seminggu ke depan. Memang hari Sabtu ketika kami akan melakukan raquette itu hujan dan berangin. Makin khawatir kan, yakali menyusuri  bukit salju, tapi cuacanya hujan deras dan berangin. Khawatir bukan senang malah K.O ntar kan haha. Setelah mempertimbangkan, saya kembali menghubungi pihak pemandu untuk menanyakan apakah bisa kami ganti hari sebelumnya, yaitu Aperitif Sunset. Awalnya, pihak pemandu juga menyadari cuaca untuk hari yang kami pilih memang kurang baik, tapi mereka memperbolehkan saya untuk mengganti tipe raquette, dan membayar kekurangannya di hari H saja, karena harganya terpaut 5 euro. Setelah minta ganti, saya kembali mendapat email konfirmasi. Baiklah, tadinya gamau malam-malam di gunung, malah jadi beneran jalan malam di gunung haha. 

Hari H
Raquette kami dimulai dari jam 15.45 di Semnoz. Dari kota Annecy kami dijemput covoiturage jam 15.15 di lokasi yang sudah ditentukan oleh pihak pemandu, yaitu parkiran Hotel de Police di sebelah danau Annecy (Lac d’Annecy). Di sana sudah ada 1 pasangan lain yang ternyata sedang menunggu covoiturage yang sama dengan kami, jadilah dalam mobil itu 4 penumpang dan 1 pemandu yang menyetir mobil. Oya, covoiturage ini hanya disediakan bagi 4 orang saja. Kebetulan saja kami dapat, jadi kurang tau gimana cara menuju Semnoz tanpa tebengan.

Dari kota Annecy menuju Semnoz dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan kecepatan mobil yang lumayan kenceng. Jalannya berliku, kalo saya sih agak mual, tapi pemandangan gunung salju di kanan kiri bikin mual jadi berkurang hehe terlalu excited liat salju. Tiba di Semnoz, pemandunya membagikan peralatan ke kami masing-masing. Alat yang digunakan untuk olah raga raquette hanya 2, yaitu snowshoes atau sepatu salju dan trekking pole seperti berikut.


Setelah dibagikan, pemandu menjelaskan bagaimana cara memakai sepatu salju, bagaimana cara berjalan di salju, serta dijelaskan juga jalur yang akan ditempuh dan waktu tempuhnya, kurang lebih 3 jam. Cara pakai sepatunya mudah, tinggal letakkan sepatu kita di snowshoes kemudian diikat dengan perekat. Adapun trekking pole, cara penggunaannya digunakan biasa saja seperti kalau kita bawa tongkat untuk membantu berjalan. Cara berjalannya pun seperti jalan kaki biasa. Kemudian mulai berjalan. Kita lihat praktiknya apakah semudah yang dijelaskan pemandu? Haha

Faire de la Raquette
Jalan awal masih kesusahan karena sepatu saljunya lebar dan lumayan berat, meski pemandunya bilang jalan aja kayak jalan kaki biasa. Susah ternyata. Saya dan suami berada di urutan paling belakang karena sibuk sama diri kami sendiri yang jalan sempoyongan, keberatan sepatu, padahal jalanan masih datar. Yang lain udah jalan di depan, sesekali pemandunya melihat kami di belakang, memastikan kami bisa berjalan.

Sekitar setengah jam berjalan di jalanan yang datar, kami berhenti sejenak. Mengambil nafas dan mendengarkan penjelasan pemandu. Ia menjelaskan bahwa kita lagi ada di A, di sebelah sana ada gunung B, udah ga ingat lagi saya namanya haha. Lanjut jalan entah berapa lama, kami berhenti lagi. Kembali mendengarkan penjelasan pemandu tentang sebuah rumah kayu di tengah salju. Rumah tersebut digunakan untuk pembuatan keju X (lagi lagi ga ingat), sekaligus tempat istirahat bagi penggembala sapi perah. Ia juga memberi tahu bahwa jalur setelah ini naik turun bukit. Benar saja, menuruni bukit di antara pohon-pohon pinus. Kali ini bukan lagi sempoyongan, tapi jatuh, terperosok di salju haha. Saya dan suami entah kesrimpet sepatu sendiri, kepleset, pokoknya kami berdua jatuh berkali-kali. Yang lain? Jalan terus di depan haha ga jatuh sama sekali. Sesekali mereka memastikan keadaan kami. Rada malu sih sebenernya tapi ya gapapa, namanya juga pemula.

Berikutnya melewati jalur tanjakan. Bagian ini lebih berat. Jadi kami disarankan untuk menginjak bekas injakan pemandu, karena saljunya akan lebih padat jadi bisa pijakan untuk naik dengan mudah. Di sela-sela tanjakan ini, kami sejenak berhenti lagi. Pemandu menjelaskan ada tanda-tanda yang harus diwaspadai oleh pendaki salju. Waktu itu ditunjukkan lubang besar, mirip pusaran air tapi tertutup salju, saya ingat namanya Doline. Doline ini terjadi karena kondisi tanah yang longsor. Bahaya jika sampai berada di dalamnya. Selanjutnya, ditunjukkan juga tumpukan salju yang kata pemandunya di dalamnya ada binatang buas. Padahal menurut saya tumpukan salju tersebut sama seperti tumpukan salju lainnya, tapi bedanya, ada kotorannya. Kalau kegiatan para pendaki dirasa mengusik dan mengganggu, binatang tersebut bisa tiba-tiba nongol. Rada ngeri ya. Lanjut, kami jalan lagi menuju puncak bukit. Sesampainya, kami melepas peralatan raquette dan duduk santai di puncak menikmati senja. Di sana kami bisa melihat pemandangan gunung salju 360 derajat di sore hari, ditemani hangatnya sinar matahari tenggelam. Kurang lebih begini. I'm lack of words, just wondering how beautiful it is!


Masyaallah. Cakep banget ya? Hehe. Ga bosen-bosen liatnya. Kami juga diberikan minuman hangat dan snacks untuk memulihkan energi. Duduk di puncak bukit salju, menikmati senja dengan secangkir teh hangat bersama pasangan, nikmat Tuhan mana yang kau dustakan? Hehe. Kurang lebih setengah jam kami berada di sana, matahari sudah tenggelam, saatnya kami bersiap melanjutkan perjalanan untuk pulang. Kali ini jalanannya lebih banyak menurun, meski ternyata ada nanjaknya juga. Kami mengira akan gelap sekali, tapi ternyata dugaan kami salah, tetap terang hanya dengan cahaya bulan, karena salju memantulkan cahaya, jadi tanpa lampu pun kami masih bisa melihat. Tapi sayangnya, mulai sesak, oksigen menipis. Saya lebih banyak berhenti di jalanan pulang ini, karena nafasnya sudah tidak teratur. Tetaplah, kami di urutan paling belakang. Pemandunya lebih sering memperhatikan kami, terlebih saya, nafas saya tersengal-sengal. Saya berhenti, minum air putih, lanjut jalan lagi, berhenti, minum air lagi. Sampai salah seorang dari rombongan kami memilih urutan paling belakang untuk  mem-back-up kami. Kami juga disemangatin, “ayo, dikit lagi”. Baik banget sih. Pelan-pelan kami melanjutkan perjalanan, penglihatan mulai kabur karena kabut tebal sudah turun. Akhirnya sampai juga di tempat semula. Kami melepas semua peralatan dan mengemasnya, lalu kembali pulang naik covoiturage menuju kota Annecy. Sesampainya di kota Annecy, saya menyelesaikan administrasi kemudian kembali ke penginapan.

Rekomendasi
Bagi pembaca yang ingin melakukan raquette di Semnoz dan butuh pemandu, saya merekomendasikan Bureau Guide d’Annecy karena beberapa alasan, di antaranya harganya lebih terjangkau dibanding yang lain, pemandunya profesional lulusan sekolah khusus raquette,  ramah dan komunikatif, disediakan covoiturage, dan administrasinya mudah. Kemudian, khusus untuk raquette plus sunset, disediakan minuman hangat vin chaud (arak panas), teh, kopi, dan infused water. Bagi yang tidak mengonsumsi arak, bisa memilih tipe minuman lain dan bisa pesan ketika mendapat email konfirmasi, seperti kami kemarin memilih teh hangat.

Secara umum, pengalaman pertama saya melakukan olahraga raquette sangat menyenangkan; bisa tadabur alam, tau bagaimana kehidupan di bukit salju, tau rasanya jatuh di salju, dan tau rasanya kekurangan oksigen. Untungnya, saya dipertemukan dengan pemandu profesional dan rekan raquette yang super baik; mau membersamai dan mau membantu. Bersyukur juga dikasih cuaca buruk, sehingga saya harus ganti hari dan Allah perkenankan untuk menikmati senja dengan cuaca cerah di bukit salju. Alhamdulillah 'ala kulli haal. Kalo ditanya olahraga raquette bikin nagih ga? Iya! Tapi mungkin lain kali perlu latihan napas dulu hehe. 

Demikian cerita seru jalan-jalan di bukit salju, kalau ada yang mau ditanyakan/ditambahkan, boleh berbagi di kolom komentar ya.
Terima kasih telah menyempatkan membaca dan sampai jumpa di perjalanan seru berikutnya!

Wassalamu’alaikum.

Komentar