Pemberian MPASI di Prancis Cukup 1 Kali Sehari, Apa yang Diberikan?

 


Assalamu’alaikum.

Pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI merupakan salah satu bagian dari fase belajar bayi yang cukup menantang bagi orang tua. Sedari awal, masing-masing ibu tentu sudah menyiapkan ilmu, baik itu teori tentang gizi, cara memasak dan menyajikan, menu apa yang diberikan, sampai dengan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku anak saat diberikan MPASI, tapi kenyatannya tidak berjalan demikian. Itulah yang saya alami. Sebagai ibu baru yang juga telah menyiapkan semua itu jauh-jauh hari. Namun, seolah persiapan saya tersebut menjadi tidak aplikatif ketika saya dihadapkan dengan teori MPASI di Prancis yang berbeda dengan teori pada umumnya. Lalu apa perbedaan tersebut dan bagaimana saya akhirnya bisa menerima dan menerapkannya pada bayi saya? Berikut ulasannya.

 

Pemberian MPASI dimulai pada usia 4 bulan

Mungkin sebagian dari Anda pernah membaca atau mendengar bahwa bayi-bayi di Eropa bisa mulai dikenalkan dengan makanan padat sejak usia 4 bulan. Di Prancis, bayi yang telah memasuki usia 4 bulan, sehat, dan memiliki perkembangan yang baik akan ditawarkan oleh Dokter Spesialis Anak atau DSA untuk diberikan makanan padat. Teori ini disebut sebagai diversification alimentaire atau mengenalkan diversifikasi makanan selain susu yang diberikan kepada bayi secara bertahap mulai dari usia 4 bulan hingga bayi dapat memakan makanan keluarga di usia 1 atau 2 tahun (AMELI). Meskipun teorinya demikian, saya baru mengenalkan makanan padat untuk bayi saya di usia 5 bulan karena kesiapan untuk makan baru dicapai oleh bayi saya di usia tersebut. Beberapa tanda bayi siap menerima makanan padat di usia 5 bulan bisa dibaca di artikel MPASI bayi 5 bulan.

 

Kuantitas penyajian

Menurut rekomendasi WHO, mulai usia 6 bulan, bayi akan diberikan makan besar 2 sampai 3 kali dalam sehari, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam, ditambah 1 sampai 2 kali cemilan di sela-sela jam makan besar. Kuantitasanya mulai dari beberapa sendok makan hingga 125g, kemudian naik secara bertahap hingga 250g per porsi. Adapun di Prancis, dilansir dari laman parents.fr, sebelum dan sampai usia 6 bulan, MPASI hanya diberikan 1 kali sehari saat makan siang sebanyak 2 atau 3 sendok makan, bertahap sampai 130g. Selanjutnya, pada usia 6 sampai 8 bulan, selain 1 kali makan besar di siang hari, pada pukul 16.00 bayi mulai diberikan compote atau bubur buah yang dimasak sebanyak kurang lebih 100g. Menginjak usia 8 bulan, bayi diberikan 2 kali makan besar yaitu makan siang dan makan malam dengan porsi bertahap hingga 250g, serta 1 kali compote di sore hari.


Menu yang diberikan

Umumnya, setiap satu porsi makan besar, dianjurkan untuk memberikan menu makanan lengkap yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan air sejak usia 6 bulan. Di Prancis tidak demikian. Adapun komponen setiap porsinya tidak selalu lengkap, namun disesuaikan dengan usianya. Berikut tabel komponen makanan yang diberikan sesuai usia berdasarkan Carnet de Santé atau buku catatan kesehatan.

Dapat dilihat pada tabel tersebut, kolom berwarna abu-abu artinya tidak dikonsumsi, kolom oranye artinya sudah bisa dikonsumsi, dan kolom hijau artinya dianjurkan untuk dikonsumsi. Berdasarkan tabel komponen makanan yang ada di sebelah kiri, dapat dilihat bahwa sebelum dan sampai usia 3 tahun, susu merupakan sumber nutrisi utama, baik ASI maupun susu formula. Untuk bayi di bawah 6 bulan, hanya boleh mengonsumsi makanan selain susu berupa sayur, buah, kentang atau ubi-ubian yang matang dengan dimasak dan bertekstur purée atau bubur yang sangat lembut, serta sereal dan air mineral. Secara general, sejak awal MPASI di Prancis lebih menitikberatkan pada pengenalan sayuran. Yang dimaksud pengenalan di sini adalah murni memberikan sayur tanpa campuran apapun, jadi tidak heran jika menu-menu awal MPASI di Prancis hanyalah sayur kukus yang diblender, baik dimasak sendiri (fait maison) maupun fortifikasi yang dijual di supermarket.

Menginjak usia 7 sampai dengan 12 bulan, tekstur mulai dapat ditingkatkan menjadi lebih padat. Pada rentang usia ini, bayi mulai boleh mengonsumsi produk susu UHT yang berupa yoghurt dan keju, protein hewani seperti daging dan ikan sebanyak 10g per hari atau 1/4 telur per hari yang ditambah bertahap sesuai usianya, produk lemak seperti minyak nabati atau butter, dan produk manis seperti kue atau biskuit namun terbatas. Adapun sayur mentah dan garam tidak disarankan untuk diberikan hingga usia 12 bulan. Hal tersebut ditujukan untuk menghindari dampak yang kurang baik pada perkembangan bayi selanjutnya. Beberapa dampak tersebut dapat dibaca di artikel Penambahan Gula dan Garam

 

Ketentuan lain dalam pemberian MPASI

Selain komponen makanan dan kuantitas penyajian, terdapat beberapa ketentuan lain yang dianjurkan oleh DSA atau bidan ketika menyajikan MPASI kepada bayi.

1. Produk lemak, khususnya minyak nabati dituang terakhir sebelum disajikan. Jadi, ketika ingin memanaskan makanan bayi, maka panaskan terlebih dahulu, baru kemudian ditambahkan satu atau dua sendok teh minyak nabati tersebut di atasnya.

2. Protein hewani yang berupa telur hanya boleh diberikan 1 kali dalam seminggu. Adapun ikan dan daging diberikan maksimal 3 kali dalam seminggu.

3. Pemberian protein hewani hanya boleh diberikan 1 kali dalam sehari yaitu saat makan siang dan tidak dianjurkan saat makan malam. 

 

Pengalaman saat menerapkan teori MPASI

Saya dihadapkan dengan dilema yang luar biasa ketika berkonsultasi dengan DSA di Prancis yang menjelaskan tentang teori dan ketentuan-ketentuan MPASI di Prancis yang berbeda dengan apa yang sudah saya persiapkan. Bagaimana tidak, berbekal pengetahuan bahwa bayi baru boleh makan di usia 6 bulan sebagai tolok ukur kesiapan fisik dan motoriknya untuk menerima makanan selain susu, saya justru diarahkan untuk memberikan MPASI di usia 4,5 bulan untuk bayi saya. Ditambah lagi dengan kuantitas dan komponen makanan yang diberikan jauh berbeda. Berbagai kekhawatiran muncul di benak saya, “Apakah bayi saya sudah siap mencerna?”, “Apakah nutrisinya cukup dengan hanya 1 kali makan per harinya tanpa protein?”, “Apakah bayi saya akan bisa tumbuh sehat sempurna dengan makanan yang minim ini?”, dan lainnya. Hal tersebut saya tanyakan berulang kali kepada DSA saat berkonsultasi. Mereka pun menjawab “Nutrisinya tetap cukup dan bayimu akan tumbuh sehat sempurna” sembari menenangkan.

 

Berdamai dengan kondisi yang berbeda

Agar tidak berlarut-larut dalam dilema, pada akhirnya saya berdiskusi dengan suami, teori manakah yang sebaiknya saya terapkan untuk pemberian MPASI ini karena saya tidak ingin gagal. Mengingat awal pemberian MPASI adalah masa percobaan yang kritis karena berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Hasil diskusi tersebut akhirnya membuka pikiran saya, bahwa teori yang ada di Prancis ini sudah pasti berdasarkan riset ilmiah yang sudah terbukti efektif dalam jangka waktu yang lama, dan semakin ke sini akan semakin diperbaiki untuk pencapaian terbaik dalam perkembangan bayi di Prancis. Terlebih lagi, saya menetap di sini dan akan terus berkonsultasi dengan DSA atau bidan yang ada di sini. Jadi, mau tidak mau, saya harus mengikuti teori dan ketentuan yang ada di sini.

Selain itu, untuk menguatkan diri sendiri dan menghindari stres ketika menerapkannya, saya baca artikel tentang Mengatasi Stres, salah satunya adalah mencari teman yang senasib. Alhamdulillah, meskipun tinggal sangat jauh dari keluarga, saya punya teman-teman dari Indonesia yang sama-sama merantau di Prancis dan merawat anak-anak mereka di sini. Saya merasa sangat terbantu dengan bertukar pikiran dan meminta saran kepada mereka berdasarkan pengalaman mereka yang lebih lama dalam menerapkan teori perkembangan bayi yang ada di Prancis.

Saat itupun saya berusaha menganggap ini adalah proses saya belajar sebagai seorang ibu, bagaimana ketika dihadapkan dengan dilema menentukan pilihan, bagaimana saya menyerap dan menyaring informasi, bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang heterogen, dan pembelajaran lainnya. Dengan demikian, saya bisa berdamai dengan diri sendiri, bisa kembali berpikir jernih, dan kembali bersemangat menyambut fase pemberian MPASI ini.

 

Hasil Penerapan

Sejauh saya menerapkan teori MPASI di Prancis selama 4 bulan sampai dengan hari ini, saya tidak mendapati kendala yang berarti. Ketika bayi saya berusia 5 bulan, saya berikan sayur-sayur kukus yang diblender, di antaranya yaitu bayam, buncis, dan wortel. Kekhawatiran "Bubur sayur doang, doyan apa ga ya ni anak?" masih sangat melekat di batin saya. Surprisingly, doyan parah! Tidak sampai 10 menit, wadah makan udah kosong. Di bulan ke-6, mulai ditambahkan protein. Hasilnya, GTM atau Gerakan Tutup Mulut. Siapa yang tidak ingin menangis melihat anak hanya diberi jatah 1 kali makan per hari, itupun tidak dimakan. Pada akhirnya, setelah berkonsultasi lagi dengan DSA, dari segi kecukupan nutrisi, meskipun hanya dengan 1 sampai 2 kali makan besar per hari dengan menu tunggal bertahap, alhamdulillah ‘ala kulli haal bayi saya tetap tumbuh sehat dan memiliki perkembangan yang baik sesuai usianya. Dari segi tingkah laku anak saat diberi MPASI seperti menolak makan, pilih-pilih makanan, maupun dari segi saya sebagai ibu seperti emosi yang tidak stabil, kehabisan ide untuk kreasi menu, semuanya adalah hal yang normal dan sebisa mungkin saya hadapi. Dengan berdiskusi, bertanya, dan membaca, saya menjadi lebih tenang. Adanya artikel Ibupedia dan postingannya di Instagram tentang MPASI juga cukup membantu saya untuk mengingatkan diri sendiri agar stay on the track, jadi semuanya dapat berjalan dengan baik.

 

Begitulah kira-kira perbedaan teori MPASI yang ada di Prancis dengan teori yang umum diketahui oleh para ibu dan serta pengalaman saya pribadi ketika menerapkannya. Kesimpulannya, mendapati teori yang berbeda itu wajar karena teori bersifat dinamis, terlebih dalam ilmu kesehatan. Sebagai ibu, yang terpenting adalah mempelajari dengan baik apa yang ditujukan dari teori tersebut. Jika itulah yang terbaik, maka terapkan. Jika mendapati kebingungan, maka cari informasi yang cukup melalui media apapun, serta jangan ragu untuk bertanya dan berdiskusi. 

Terima kasih telah menyempatkan membaca, semoga bermanfaat.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

Wassalamu’alaikum.


*image source

Komentar