Imunisasi Bayi dan Anak di Prancis

 


Assalamu’alaikum.

Alhamdulillah baru saja selesai melakukan serangkaian imunisasi untuk anak di tahun pertamanya. Selama membersamai imunisasi tersebut, didapati pengalaman yang seru karena merupakan hal baru. Di sisi lain, ada juga pengalaman yang mengkhawatirkan karena ternyata imunisasi bayi di Prancis agak berbeda dengan yang saya tau di Indonesia. Perbedaan tersebut mulai dari status dan jenis vaksin, serta prosedur pemberian vaksinnya. Berikut selengkapnya.

Status dan Jenis Vaksin

Untuk diketahui dulu, berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia, imunisasi untuk bayi dan anak di Indonesia berjumlah 15 vaksin mulai dari usia 0 hingga 18 tahun dengan status wajib diberikan. Kelima belas vaksin tersebut terdiri dari Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR/MMR, JE, Varisela, Hepatitis A, Tifoid, HPV, dan Dengue. Berikut tabel lengkap pemberiannya.

Adapun di Prancis, dilansir dari Info Vaksin Prancis, vaksin untuk bayi dan anak dimulai dari 0 sampai dengan 13 tahun. Sedikit berbeda dengan Indonesia, di Prancis, status pemberian vaksin tersebut terbagi menjadi dua, yaitu obligatoire (wajib) dan recommandé (direkomendasikan). Vaksin wajib jumlahnya ada 11, yang terdiri dari Diphtérie (difteri), Tétanos (tetanus), Poliomyélite (polio), Coqueluche, (batuk rejan/pertusis) Infection à Haemophilus influenzae b (hib), Hépatite B (hepatitis B), Méningocoque C (meningitis), Pneumocoque (pneumonia), Rougeole (campak), Oreillons (gondongan) et Rubéole (rubela). Berikut tabel lengkap pemberiannya.


Di luar vaksin wajib, ada vaksin yang direkomendasikan. Maksudnya adalah perlu diberikan untuk bayi atau anak dengan ketentuan tertentu. Vaksin tersebut terdiri dari Fièvre jaune , Tuberculose (BCG), Grippe saisonnière (flu musiman), Hépatite A, Méningites et septicémies à méningocoque (ACYW, B), dan Varicelle (cacar air). Lebih lengkapnya bisa baca di recommandations particuliers. Selain itu, ada juga vaksin yang diperlukan untuk tujuan bepergian ke lokasi tertentu.

Prosedur Pemberian Vaksin 

Di Indonesia, umumnya orang tua dan anaknya bisa langsung datang ke dokter saat jadwal imunisasi dan dilakukan pemberian vaksin. Bisa juga saat ini dengan memanggil dokter ke rumah. Intinya vaksin tersebut dari dan oleh dokter. Ternyata hal demikian tidak berlaku di Prancis. Berikut prosedur pemberian vaksin di Prancis sebelum dan saat jadwal imunisasi.

Sebelum jadwal imunisasi

1. Dokter akan memberikan surat pengantar/resep atau ordonnance (baca: ordonongs).

Di hari konsultasi sebelum jadwal imunisasi, ordonnance yang diberikan berisi resep vaksin dan obat lain (patch anestesi dan obat penurun panas).

2. Orangtua menebus ke apotek.

Setelah mendapatkan ordonnance, orang tua si anak harus menebusnya sendiri ke apotek atau pharmacie.

Saat jadwal imunisasi

1. Memasang patch anestesi

30-45 menit sebelum jadwal vaksin, orang tua perlu menempelkan patch anestesi di area yang akan disuntik, bisa di paha atau lengan, tergantung usia anaknya. Penggunaan patch ini ditujukan untuk mengurangi rasa sakit. Berikut gambarnya.

2. Membawa vaksin yang sudah ditebus

Vaksin yang sudah ditebus dari apotek, dibawa ke dokter untuk disuntikkan.

3. Penyuntikan vaksin

Dokter akan melepas patch dan melakukan penyuntikan vaksin.

4. Dokter akan menempelkan stiker vaksin beserta keterangannya di buku catatan kesehatan (carnet de santé) seperti berikut.

Pengalaman Pribadi

Waktu pertama kali akan imunisasi adalah hal yang akan senantiasa saya ingat, karena saya memiliki pengalaman yang cukup menghebohkan. Seperti yang saya dijelaskan sebelumnya, vaksin untuk imunisasi ditebus sendiri oleh orangtua ke apotek. Tidak adanya informasi dari apoteker saat saya dan suami menebus vaksin, plus ketidaktahuan kami tentang cara penyimpanan vaksin yang benar yaitu harus disimpan di dalam kulkas, maka vaksin tersebut saya simpan di kotak obat bersama obat-obatan lainnya. Tentu saja di suhu ruangan biasa hingga H-3 jadwal vaksin anak saya.

Qadarullah di hari tersebut, ada bidan yang sedang visit pascamelahirkan. Dia mengingatkan dan menanyakan “Vaksinnya sudah ada?”. Saya jawab “Sudah.” sambil saya tunjukkan keberadaannya di dalam laci. Sontak bidan tersebut kaget bukan kepalang, “Sejak kapan kamu simpan di laci?”. Saya jawab “Sekitar 1 minggu”. Bidan pun terbelalak, “Ini vaksin rusak, ga bisa dipakai!”. Habis hati saya. Anak masih merah, hampir saja dikasih vaksin rusak. Allahu akbar. Lagi-lagi pertolongan Allah ada. Bidan pun memberi tahu kantornya bahwa saya butuh vaksin dan kebetulan dokter di sana masih punya cadangan vaksin tersebut untuk diberikan ke anak saya. Kalau tidak, entahlah.

Dari kejadian di atas, saya pun jadi belajar lebih detail lagi dan lebih menggiatkan diri lagi untuk cari tau sebanyak mungkin informasi sebelum melakukan sesuatu. Biasanya saya sudah lakukan demikian dan selalu tanya, tapi namanya juga kecolongan tidak bisa mengandalkan kebiasaan. Dengan pengalaman yang kurang mengenakkan tersebut, saya menyarankan dua hal kepada para pembaca yang mungkin anaknya akan imunisasi di Prancis.

1. Jangan sungkan bertanya, baik itu ke dokter, ke apoteker, ke bidan, terkait obat-obatan yang akan dikonsumsi anak.

Ini poin yang cukup penting ya, karena orang medis itu waktunya terbatas untuk menangani pasien, jadi ya jangan terlalu berharap akan dijelaskan panjang lebar. Kita sebagai orangtua yang harus aktif bertanya.

2. Sedia cooler bag yang sudah didinginkan di suhu kulkas, baik saat menebus vaksin maupun saat membawa vaksin tersebut ke dokter. Jadi selama perjalanan, vaksin tetap dalam kondisi baik.

Itulah kurang lebih penjelasan saya tentang imunisasi bayi di Prancis. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan berikutnya! 

Wassalamu’alaikum.


*imagesource1, imagesource2, imagesource3, imagesource4

Komentar