5 Tahapan Penting Sebelum Mengkhitankan Batita



Assalamu’alaikum. 

Beberapa tahun terakhir, mulai banyak orang tua yang mengkhitankan anaknya di usia batita (di bawah tiga tahun), disamping menjalankan ibadah, juga untuk mendapatkan manfaat kesehatan sedini mungkin. Mengingat khitan merupakan momen yang besar bagi orang tua dan anak, maka ada 5 tahapan penting yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengkhitankan anak. Berikut ulasannya.


  1. Ketahui alasan dan manfaat khitan di usia batita

Sebagian besar dari orang tua sudah mengetahui tentang khitan atau sunat secara umum. Khitan merupakan ibadah agung dalam agama Islam yang wajib dilakukan, lebih khusus untuk anak laki-laki sebelum mencapai usia baligh (sumber). Jadi jika Anda seorang muslim, maka mengkhitankan anak adalah menjalankan ibadah. Selain mendapatkan pahala, berkhitan bagi anak akan memperoleh banyak manfaat kesehatan, di antaranya adalah meminimalisir adanya infeksi seperti fimosis dan penyakit kelamin pada anak sedini mungkin (sumber). Terlebih lagi, khitan di usia batita akan lebih cepat proses penyembuhannya ketimbang di usia yang lebih besar. Dengan mengetahui alasan dan manfaat khitan, orang tua akan memiliki bekal pengetahuan dan keyakinan yang kuat sebelum mendampingi anak untuk dikhitan.


  1. Konsultasi kepada dokter

Setelah membekali diri, berikutnya adalah berkonsultasi dengan dokter untuk melihat kesiapan fisik anak. Jika memungkinkan, berkonsultasilah dengan dokter spesialis bedah anak. Jika tidak, maka melakukan konsultasi dengan dokter bedah umum atau dokter spesialis anak insyaallah sudah cukup. Saat berkonsultasi, sampaikan ada niatan untuk melakukan khitan, apakah fisik anaknya baik, metode apa yang disarankan dengan kondisi anak saat itu, seperti apa proses khitannya, berapa lama akan pulih, dan pertanyaan lain yang mungkin Anda butuhkan. Saran saya, jangan segan untuk menanyakan banyak hal, jika memang informasi itu dibutuhkan atau perlu divalidasi oleh dokter. Jadi ketika keluar dari ruang konsultasi, maka tidak akan hal yang dibingungkan lagi.


  1. Tentukan metode dan waktu pelaksanaan khitan

Jika sudah berkonsultasi dan fisik anak Anda dinyatakan sehat dan baik, maka tahapan berikutnya adalah menentukan metode dan waktu pelaksanaan khitan. Beberapa metode khitan saat ini banyak ditawarkan dengan berbagai macam klaimnya; “minim pendarahan”, “tanpa jahit”, “bisa langsung bermain”, dan sebagainya yang membuat orang tua tertarik. Tentu saja, saya juga setuju dan tertarik dengan klaim-klaim tersebut yang dirasa akan meringankan rasa sakit pada anak saat dan pascaprosesi khitan. Jika dokter tidak menyarankan anestesi umum atau bius total karena ada indikasi tertentu, maka Anda lah yang memilih metodenya. Bagaimana mengetahui metode apa yang paling baik? Caranya adalah observasi dan lihat kondisi anak Anda terlebih dahulu, lalu dari beberapa metode yang ada, pertimbangkan keunggulan dan efek sampingnya, lalu pilih mana yang paling cocok dengan karakter dan kegiatan anak Anda sehar-hari. Pemilihan metode tersebut juga tidak terlepas dari kesiapan finansial orang tua. 


Adapun pemilihan waktunya, lihat dulu situasi dan kondisi anak serta keluarga di rumah. Sebisa mungkin, jangan dibarengi dengan adaptasi yang lain, seperti pindah rumah, perdana masuk sekolah, kelahiran adiknya, dan lainnya. Usahakan pilih waktu di hari-hari yang tenang, tidak ada kegiatan yang besar selama kurang lebih 2 minggu, agar pemulihan berjalan dengan lancar dan orang tua bisa fokus mendampingi anaknya.


  1. Berdiskusi dengan pasangan

Setelah memilih metode dan waktu pelaksanaan khitan, tahapan penting berikutnya adalah berdiskusi dengan pasangan (suami atau istri). Isi diskusinya secara umum tentang kesiapan masing-masing untuk mendampingi prosesi khitan anaknya, maupun masa pemulihan. Misalnya siapa yang akan membersamai anak saat di ruang tindakan, kegiatan seru apa yang bisa ditawarkan supaya anak tidak terlalu kepikiran rasa sakitnya, siapa yang akan menemaninya buang air kecil di WC, dan sebagainya. Pascasunat, anak cenderung rewel, tidak mau ini itu, atau maunya hanya sama ibu, jadi diskusikan berbagai alternatif penanganannya. Adanya persiapan pembagian tugas yang baik antara ayah dan ibu akan menghasilkan teamwork yang baik.


  1. Sampaikan ke anak sesering mungkin

Empat tahapan sebelumnya merupakan kesiapan bagi orang tua, baru ditahap ke-5 inilah persiapan anak. Jika usia anak sudah bisa diajak diskusi (mulai 1,5 tahun), awali dengan memberikan informasi seputar khitan kepada anak mengapa dia harus khitan. Jelaskan prosesnya bahwa akan ada bagian tubuhnya yang dipotong, akan terasa sakit saat pemulihan tapi ada obat untuk meredakan, dan sampaikan juga manfaat yang akan dirasakannya seperti lebih mudah dibersihkan setelah pipis. Sampaikan dengan penjelasan ilmiah yang ringan dan bisa ditangkap oleh akalnya, sehingga anak bisa membayangkan dengan tepat dan tidak terjadi miskonsepsi. Sampaikan dari jauh-jauh hari dan bahas sesering mungkin.


Berdasarkan pengalaman saya yang mengkhitankan anak usia 2,5 tahun, tahapan ini adalah tahapan yang krusial, karena di usianya, anak saya sudah bisa menolak, sudah bisa mempertahankan keinginannya maupun ketidakinginannya. Jadi, untuk memberikan edukasi tentang khitan dan meyakinkannya itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Saya melakukannya sejak 6 bulan sebelum tindakan, sampai dengan sendirinya ia siap dan senang menyambut hari khitannya.


Itulah 5 tahapan yang perlu disiapkan sebelum memutuskan untuk mengkhitankan anak di bawah tiga tahun. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di tulisan berikutnya!


Wassalamu’alaikum. 


*imagesource

Komentar